Oleh : Qusyairi Sumbermanggis
Ketua Umum Jaringan Wirausaha Indonesia
Muhammad Al-Fatih atau Mehmet Sang Penakluk, ketika baru 12 tahun Ia sudah di angkat menjadi Pemimpin Kesultanan Ottoman. Usia 21 tahun ia membawa Ottoman dan sekarang di kenal dengan nama Turki ke pentas sejarah dunia, menjadi sebuah kerajaan yang menguasai sejumlah wilayah di berbagai benua selama berabad-abad.
Pemerintahan Pertama berakhir hanya dua tahun, di sebabkan tokoh-tokoh politik dan militer mendorong Murad II ayahnya, untuk kembali ke tahta karena ketegangan dan gejolak di wilayah-wilayah yang ditaklukkan. Terutama di wilayah Eropa dan ancaman Tentara Salib, sementara masyarakat pesimis terhadap kemampuan seorang bocah, seorang anak kecil yang menjadi Sultan.
Meskipun Muhammad Al-Fatih secara sukarela meninggalkan takhta untuk ayahnya, Muhammad Al-Fatih merasa dipermalukan sebagai seorang pemimpin. Muhammad Al-Fatih kembali ke Manisa, wilayah Aegean, di mana dia terus mengembangkan kecerdasan, kemampuan kemiliteran dan menikah. Baru mendapatkan kesempatan bergabung dengan ayahnya dalam Pertempuran Kosovo 1448.
Ketika ayahnya wafat pada 1451, Muhammad Al-Fatih naik takhta yang kedua, telah banyak pelajaran dan pengalaman yang dipetik. Muhammad Al-Fatih Berusaha membuktikan di mata tokoh-tokoh senior Ottoman dan publik, untuk mewujudkan tujuan utamanya menorehkan sejarah. matanya tertuju pada penaklukan Konstantinopel, Ibu Kota Bizantium, Romawi Timur.
Meskipun Konstantinopel telah dikepung berkali-kali, tidak ada yang bisa merebutnya, Muhammad Al-Fatih tahu betul bahwa untuk mencapai kemenangan dibutuhkan taktik dan strategi yang tidak biasa. Muhammad Al-Fatih membangun dan mengumpulkan pasukan besar-besaran, mencakup lebih dari 200.000 tentara, sebagian sejarawan menyebutkan jumlah kurang dari setengahnya.
Muhammad Al-Fatih mengepung kota melalui laut dan darat, diikuti dengan gerakan tak terduga, mengangkut kapal perang melalui daratan di sekitar Galata, lalu koloni Genoa di sisi Eropa Istanbul modern. Serangan militer berlangsung 50 hari, dipelopori oleh serangan meriam besar-besaran untuk membuka lubang, menembus Konstantinopel, Ibu Kota Bizantium, Romawi Timur. Baru Pada 29 Mei 1453 Konstantinopel, Ibu Kota Bizantium, Romawi Timur akhirnya bisa di taklukan.
Penaklukan Konstantinopel, Ibu Kota Bizantium, Romawi Timur adalah kemenangan paling fenomenal dari sejarah Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk. Pada tahun-tahun berikutnya Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk memastikan kekuasaan Ottoman atas Serbia, Morea, Trebizond (Trabzon modern) di wilayah utara Turki modern, serta Bosnia, Albania dan beberapa wilayah Anatolia, Turki bagian tengah.
Lebih dari dua puluh serangan militer selama masa pemerintahannya. Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk berhasil memperluas wilayah kekuasaan Ottoman menjadi lebih dari 2,2 juta kilometer persegi, pada 1480, Otranto, Italia, dan mendekat ke Roma. Tetapi nasib berkata lain Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk wafat pada 3 Mei 1481 di usia 49 tahun, Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk berhasil meninggalkan warisan sejarah dan tauladan, sebagai Sebaik-Baik Pemimpin Dan Pasukan, Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Yang Di Ramalkan Rasulullah Muhammad SAW.
*) Di sarikan dari Kitab : Rawai’ Minattarikhil Utsmani dan sumber lainya